Posted on Agustus 21, 2010 by syiahali    
Group Facebook Anti Syi’ah bernama Inilah Syiah dan penjelasanya II  menuliskan :
.
Syi’ah tertusuk pada jantungnya, tatkala seorang  Ayatullah Al ‘Uzma  As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari  agama  Syi’ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit   seperti ini.Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang   bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan  kebatilan agama  Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah, disusul dengan bala’  susulan dengan taubatnya  Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al  Burqu’i yang diberi hidayah oleh  Allah dan dilapangkan dadanya menerima  Islam, menyambut panggilan kebenaran  meninggalkan kebathilan dan  orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al ‘Uzma Al  Burqu’i benar-benar  mengguncang Syi’ah, karena ia (Al Burqu’i) memiliki  kedudukan yang  sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu’i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad  At Taqiy bin Ali bin Musa Ar  Ridha Al Burqu’i. Nasabnya kembali kepada jalur  Ahlul Bait. Dia adalah  selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja  Khumaini lebih  tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan  salah  satu mercusuar agama Syi’ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya   setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja’fariyah.  Peristiwa itu  terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan  berat bagi Syi’ah  secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah  ditegakkan upaya-upaya  penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara  upaya itu hampir menghabisi  hidupnya ketika salah seorang Iran  menembakkan peluru ke arahnya yang sedang  berdiri shalat, maka tidak  ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus  keluar dari pipi  kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari  tragedi ini.  Dia bergabung dengan jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat   Jum’at serta jama’ah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’.  Pemerintah  menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai  masjidnya secara  paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan  sinagog-sinagog Yahudi menghirup  udara segar dan bernafas dengan aman  hingga ia menyebutkan dalam  kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri  kami ini, orang-orang Kristen,  Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa  hidup dengan nyaman. Sementara ahlus  sunnah tidak pernah merasa tenang  di negeri kami ini dan tidak bisa hidup  ditengah-tengah orang-orang  musyrik itu”.
Dia menulis banyak kitab, antara lain: Kasr Ash Shanam (Menghancurkan   Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411  halaman dan  dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi’ah dan  menunjukkan kebatilannya.  Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab  Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan  terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang  memuat doa-doa ziarah kubur dan  tempat-tempat sakral lainnya serta doa  haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini  tergolong kitab terpenting  bagi Syi’ah yang selalu mereka bawa kemana mereka  pergi. Didalamnya  banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab   bantahannya tertuang dalam 209 halaman. Dirasah fi Ahadits Al Mahdi  (Studi  tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat  Al Mahdi versi  Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan  (demonstratif).  Al Jami’ Al  Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang  Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul).
.
Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan  dengan  hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metode) atau teknik  ini membuktikan  bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid  buta dan fanatik dengan  hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang  dalam 1406 halaman. Dirasah Nushush  Al Imamah (Studi tentang Nash-nash  Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan  dalil-dalil dan bukti-bukti  yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah  yang mereka yakini  adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah  kebohongan yang  nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman. Disamping itu masih  banyak  karya-karyanya yang lain seperti: Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad   Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan  mukhtashar  Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam  bahasa  Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu’i ini dulunya   termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih  dulu  mengumumkan kebathilan Syi’ah. Dia sangat produktif dan dinamis  dalam membantah  pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama  Syi’ah secara  mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi’ah mulai  dari ubun-ubun hingga  di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan  Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah  Syi’ah awam, melainkan simbol dan  mercusuar bagi Syi’ah yang ditunjuk dengan  unung jari, dia mengemban  gelar Ayatullah al ‘Uzma. Perlu pembaca ketahui,  Syaikh Al Burqu’i  setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa  siapa saja  yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap  mengembalikannya,  karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan  dirampas  dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari   selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.   Akhirnya  syi’ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari  pengaruh selain memvonis  penjara selama tiga puluh tahun tanpa  memperhatikan usianya yang lanjut. Dan  Syaikh Al Burqu’i meninggal  dunia setelah matinya Khumaini. Renungkanlah  bersama-sama, Syi’ah  mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka   memperlakukan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu  dan  keturunan Ahlul Bait. Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam  menculik dan  membunuh orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait?  Lihatlah akhirnya,  bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan  vonis 30 tahun tanpa ada belas  kasih?! Apakah mereka termasuk orang  yang patut dicontoh?
Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah  bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi’ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al  Burqu’i  Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran  serta para mullah  mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang  ritus-ritus paganisme yang ada  pada mereka. Hasilnya sebagian mereka  kembali kepada kebenaran dan yang lain  menyembunyikan taubatnya karena  takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang  panjang, Allah sudah  menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi’ah. Pada  saat-saat ini  seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani   mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat  Mahdi  Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu ‘anhu dan  anak-anaknya) adalah  penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki  ambisi menjadi sultan. Dia juga  menyebutkan bahwa tasyayyu’ rentan  dengan penyelewengan dari pangkalan yang  sebenarnya.
Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al  Faqih:  Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi’in pilihan   menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan  reformasi  dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling  depan di antara  mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wasallam.  Mereka adalah sosok-sosok manusia yang  paling zuhud terhadap dunia. Tidak  memiliki ambisi terhadap kekuasaan  dan tidak pula rela mengikut para pemimpin  yang menyimpang dalam  menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru  menyeru  pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal   ‘aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi’ah pada   generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra,  melawan  anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu’  (dukung mendukung)  telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan  adanya arus asing yang baru  yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan  menghilangkannya dari ingatan  masyarakat. Hal yang mengakibatkan  perjalanan Syi’ah dalam berabad-abad penuh  dengan kebingungan,  kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.      Perlu kita  ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi   Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi’i  sebagai  bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan  lawak-lawak di  panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah  perbincangan tentang kelucuan  Mahdi buatan di kalangan masyarakat  Syi’ah.
Karena itu para mullah bergerak  menyebarkan agama Syi’ah di luar  wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi’i yang  sudah memahami alur  ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama  kotor ini,  mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada   bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya  kepada khurafat Mahdi,  sehingga  menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran. Begitulah pukulan  demi pukulan menerpa  dada Syi’ah, belum hilang panasnya tamparan sudah  melayang tamparan lain. Berkas  cahaya pasti merobek hijab kegelapan,  lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu  demi satu, sehingga  sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin  kesesatan  berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau   sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah  adalah  batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan  badai khurafat,  tiupan bid’ah dan ombak dhalalah.
Sumber :
Gen Syi’ah Sebuah Tinjauan  Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi  Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi,  Penerbit Darul Falah, hal 243-247.
Anti Syi’ah Rafidhah
Ustad  Syi’ah  Ali  menanggapi :
Agaknya kaum polemis dari kalangan ahlu sunnah mengalami frustasi     menghadapi kenyataan banyaknya ulama-ulama mereka (sunni) yang kemudian  hijhrah  ke madzhab syi’ah ahlul ba’it yang dipastikan kebenaranya  melalui kajian  mendalam, sekedar menyebutkan sebagian mereka  diantaranya adalah :
1. Muhaddis Jalil Abu Nafar Muhammad bin Mas’ud bin “iyasy, dikenal  dengan al  ‘iyasy  dia yang menulis tafsir al m’atsur dan kitab al  ‘iyasyi.
2. Syeikh  Muhammad Mar’i al Amin al Anthaki, beliau menuliskan kitab Limadza Ikhtartu  Madzhab asy syi’ah.
4. Syeikh Muhammad Abu Rayah. menuliskan adhwa’ ala as  sunnah al muhammadiyyah dan kitab abu hurairah syeikh al mudhirah.
5. Ahmad  Husain Yaqub. menuliskan Nadzariyyah al adalah ash shahabah  dan kitab al  khutuhath as siyasiyyah li tawhud al ummah al islamiyyah.
6 at Tijani as  samawi, menuiliskan Tsamma Ihtadaitu.Li’akuna Ma’a  ash  shadiqin , Fas’alu ahla  adz dzkr, asy syi’ah hum ahlus sunnah.
7. Sayid Idris al husaini, menulis   Laqad Tasyayya’ani al husain, al  Khilafah al Mughtashabah dan kitab Hakadza  ‘araftu asy syi’ah.
8. Sha’ib Abdul Hamid, kItab Manhaj fi al Intima’ al  Madzhabi.
9. Sa’id Ayub, ‘Aqidah al Masih ad Dajjal  dan Ma’alim  Fatan.
10. Shalih al Wardani, al Khuda’ah, Rihlati min as sunnah ila asy   syi’ah, Harakah ahlul Bait as, asy syi’ah fi mishr, ‘aqa’id as sunnah wa  ‘aqa’id  asy syi’ah.
11. Muhammad abdu; Hafidz, Limadza ana ja’fari.
12. Sayyid  Abdul Mun’im Muhammad al Hasan, Bi Nur Fathimah Ihtadaitu
13. Syekh Abdul  Nashir, Syi’ah wa al Qur’an, asy syi’ah wa hadits, asy  syi’ah wa ash shahabah,  asy syi’ah at taqiyyah  dan  asy syi’ah wa al  imammah
14. al ‘Alim al Khathib  al Munadzir sayyid ali al badri, ahsan al mawahib fi haqa’iq al madzahib.
15.  Sayyid Yasin al Ma’yuf al Badrani, Ya Laita Qawmi Ya’ lamun.
Kepanikan kelompok polemis ahlu sunnah yang diwakili oleh Mamduh  Farhan Al  Buhairi disikapi dengan menciptakan tokoh palsu yang  direka-reka sendiri  seolah-oleh telah ada seorang ulama syi’ah telah  meninggalkan madzhab syi’ah dan  memilih madzhab ahlu sunnah, ulama  fiktif  rekaan Mahmud Farhan Al buhairi itu  bernama : Sayyid Abu Fadhl  bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al  Burqu’I
Jika diberbagai group-group atau forum-forum anti syi’ah di  postingkan  artikel tulisan Mamduh Farhan al Buhairi di atas, dan  para pengikut   Ahlul Ba’it tidak menanggapi, hal itu bukan berarti  sebagai  keterkejutan atau  tertusuk jantungnya, diamnya para tasyayu’ itu  disebabkan karena tidak  dikenalnya nama Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad  At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha  Al Burqu’I  ? Bahkan nama-nama  seperti, Ahmad Al Kisrawi  Ahmad Al Khatib Al  Irani pun di kalangan  Syi’ah tidak ditemukan, boleh jadi kedustaan itu sama  dengan kedustaan  yang dilakukan oleh ahlu sunnah atas pemalsuan buku Imam  khomaini –  Kasyful Asrar -, yang justru dibongkar oleh Dr Ibrahim Ad Dasuki  Syata,  kelompok ahlu sunnah itu memalsukan sejumlah nama yang orangya pun  tidak  ada seperti : Dr. Muhammad al Bandari, Sulaim al Hilalali  dan   Prof Dr Muhammad  Ammad al Khatib [1]  Apa yang mau di tanggapi orangnya  saja tidak ada dan itu  hanya tokoh rekaan imajinasi dari Mamduh . Nah  pada tulisan  kali ini kami akan  menunjukan dimana letak kedustaan  seorang polemis ahlu sunnah yang bernama  Mamduh Farhan Al Buhairi yang  artikelnya sempat menjadi senjataan kebanggaan  kelompok ahlu sunnah.  Perhatikan orang-orang yang mengaku pengikut Sunnah dan  mengklaim ahlu  sunnah justru berbuat kotor dan nista, bahkan mereka tanpa malu   menggelari tokoh-tokoh rekaan mereka dengan gelar akademis agar para  pembacanya  percaya.
Ketidak Pahaman  Mamduh Farhan Al Buhairi terhadap gelar Ayatullah  Uzma
Bukti bahwa Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa  Ar Ridha  Al Burqu’I adalah tokoh rekaan, sebetulnya sudah ketahuan  bahkan d ialenia  paling awal dari tulisan Mamduh Farhan Al Buhairi.  Banyak kontadiksi-kontradiksi  dan kelucuan-kelucuan yang tertulis  disana, misalkan “…Ayatullah Al ‘Uzma As  Sayyid Abu Al Fadhl …memiliki  kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.. Dia  adalah selevel  dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi   peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan salah satu  mercusuar  agama Syi’ah kala itu.”
Letak keanehan dari tulisan tersebut adalah bahwa  Mamduh Farhan Al  Buhairi bahkan sama sekali tidak tahu makna gelar Ayatullah  Uzma, dia  hanya berputar-putar pada kalimat “kedudukan yang sangat tinggi” dan   “mercusuar agama Syi’ah” dari sini saja sudah ketahuan perekayaasaan  cerita.  Bagi kalangan syi’ah, gelar Ayatullah Uzma itu adalah gelar  yang diperuntukkan  seorang mujtahid yang telah menjadi marja’ taqlid  (panutan dalam hal agama,  seperti Imam Syafi’i , Imam Maliki, Imam   Hanafi dan Imam Hanbali di sunni).  Berbeda dengan kalangan Sunni yang   menjadikan tempat rujukan  untuk  masalah-masalah  kontemporer  yang  terus berkembang kepada ulama empat itu  meskipun mereka sudah wafat, -   dan tetu saja mereka tidak bisa menjawab wong  sudah wafat dan akhirnya  kalangan ahlu sunnah dalam fiqih pun terjebak dalam  stagnasi, di  kalangan syi’ah jika ulama rujukan sudah wafat maka akan di  gantikan  ulama berikutnya sehingga setiap masalah yang baru yang dimasa   sebelumnya tidak ada akan di selesaikan oleh ulama berikutnya yang masih  hidup.  Dikalangan ahli agama fenomena dari tugas ulama ini adalah  melakukan penyimpulan  hukum (istinbath) dari sumber yang bersifat tetap  (Rabth al mutaghayyir bi  atstsabit )  Yakni Al Qur’an Sabda Nabi dan  perkataan Imam untuk menjawab  relvansi persoalan yang bersifat kiwari –  relevansi yang kiwarai dengan sesuatu  yang azali (rabth al Hadits bi  al Qadim)- di kalangan ulama syi’ah metode ini  dikenal dengan konsep  mughalathah (paralogisme), karena perangkat ilmu untuk  dapat memenuhi  syarat menjadi praktisi mughalathah ini sangat berat maka orang  yang  mencapai kemampuan ini sangatlah sedikit, dan para sarjana yang cerdas  dan  alim yang memenuhi prasyarat itu yang berhak menyandang sebagai  Ayatullah Uzma  dan dia menjadi rujukan. Bandingkan dilingkungan ahlu  sunnah  setiap orang  bahkan bisa mengeluarkan fatwa agama bahkan dengan  modal yang sangat pas-pasan  [2], maka tak heran seorang selebritis  yang jadi da’i pun menjadi ulama  rujukan.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa orang yang mencapai kemapuan   sebagai Ayatullah Uzma boleh di bilang sangat sedikit, dan oleh  karenanya orang  tersebut sanagat terkenal. Sebetulnya Mamduh Farhan Al  Buhairi menyebutkan bahwa  Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al  Burqu’I adalah orang yang  bepengaruh, namun karena tidak mengetahui  tradisi syi’ah sehingga dia tidak bisa  menjelaskan pengaruhnya dalam  apa. Bahkan iapun terpelesert dengan tulisannya  sendiri “Dia adalah  selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini  lebih  tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah.”  Dan ini sangat lucu,   apa nggak aneh orang yang kurang penguasaanya dalam refrensi agama  syi’ah bisa  jadi Ayatullah Uzma” (wah..wah ini betul betul dagelan  bantul ha ha ha)
Kecentang perenangnya peristiwa berpindahnya Ayatullah Al ‘Uzma As  Sayyid Abu Al Fadhl ke madzhab sunni
Mamduh Farhan al Buhairi  menuliskan  masuknya Burqui ke madzhab sunni:  “Peristiwa itu terjadi sebelum  revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan  berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi  negara Iran secara khusu” dan  di alinea berikutnya  dituliskan lagi : Pemerintah  menekan dan  mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara  paksa.  Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup   udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam   kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang  Kristen,  Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman.  Sementara ahlus  sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini  dan tidak bisa hidup  ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”.
Memperhatikan tulisan diatas  jelas  tampak sekali kedustaan al Buhairi,  bukankah pemerintahan sebelum Republik Islam  Iran adalah pemerintahan  Reza Syah Pahlevi yang bersifat monarki sekuler ?  bahkan syah iran  sangat represif terhadap  ulama-ulama syi’ah di Iran dengan  mengerahkan  SAVAK untuk melakukan sejumlah aksi kotor dan menangkapi para ulama   syiah [3], jika menampar pemerintahan Iran apa nggak aneh ini ? Perlu di  ingat  bahwa pemerintahan syah Iran pada saat itu di dukung CIA,  diantaranya bernama  Allan Dulles, kalau memang tokoh yang bernama Al  Burqu’I itu ada dan menyeberang  ke Sunni itu ada tentu saja akan di  manfaatkan dengan baik oelh agen Savak dan  CIA untuk menggembosi  gerakan ulama-ulama syi’ah  apalagi yang menyeberang  adalah ayatollah  Uzma yang denganya dia dapat dimanfaatkan fatwanya untuk  menggiring  pengikutnya menyebrang, dan ternyata nama itu tidak ada dan tidak   pernah ada.
Agaknya dongengan itu sebenarnya untuk mendiskriditkan  pemerintahan  Republik Islam Iran, karena biasanya pemerintahan iran sering di  fitnah  oleh orang-orang sunni dengan tuduhan “gereja-gereja Nashrani dan   sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman,  tapi  mungkin sangking semangatnya membuat fitnah justru dia lupa bahwa  dia mengarang  cerita ada ayatollah uzma yang masuk sebelum revolusi,  yang membenci ulama.   Lagi-lagi tulisan Mamduh ini tak lebih dari  dagelan bantul.
Semakin terungkap  lagi kebohonagn Mamduh Farhan al Buhairi tatkala ia   menyebut “menekan dan  mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai  masjidnya secara paksa”  bukankah  ini bisa menjadi insiden nasional  yang segera menjadi konsumsi pers-tentu saja  kalau itu terjadi-  lalu  masjid apa dan di mana ?  di frase berikutnya Mamduh  Farhan al Buhairi  menuliskan : hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,       “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan  Sekuler yang  anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus  sunnah tidak pernah merasa  tenang di negeri kami ini dan tidak bisa  hidup ditengah-tengah orang-orang  musyrik itu”. Mamduh Farhan al  buhairi mengutip dari judul Kitab apa ? bukankah  dibawah disebutkan  nama kitab-kitab fiktifnya.
Kisah Debus di tangan Mamduh Farhan al  Buhairi
Lagi-lagi Mamduh Farhan al Buhairi  terjungkal di  tulisanya sendiri, ia  menuliskan  cerita bak debus dalam tulisanya: “Telah  ditegakkan  upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu   hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru  ke  arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun  menembus pipi  kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan  pertolongan Allah, dia bisa  selamat dari tragedi ini”  apa ke anehanya,  bagi anda yang sedikit saja memahami  anatomi faali manusia dan sedikit  memahami pengetahuan balistik anda akan dibuat  aneh dengan tulisan  ini, impulsi di area ruang rahang yang terkena tembusan  rotasi silender  balistik peluru yang melewati pipi kiri keluar pipi kanan  dan  orang  itu selamat dan kembali beraktifitas adalah kasus yang sangat langka   bahkan musykil  sekedar contoh saja syahidnya Ayatullah Murthadha  Muthari adalah  kasus penembakan yang hamper sama, dan banyak kasus sama  ditemukan dari aksi  bunuh diri para perwira tinggi jerman pada saat  menghadapi kekalahan melawan  sekutu, dengan model penembakan hara-kiri  seperti yang diceritakan diatas. Tapi  okelah kita percayai saja cerita  itu, toh disana dituliskan frasa berikut :  Dengan pertolongan Allah,  dia bisa selamat dari tragedi ini,  tetapi siapakah  yang menembak ? dan  dimana terjadi ? oleh tentara/polis siapa ? kalau itu benar  terjadi  peritiwa itu adalah peristiwa besar karena yang ditembak adalah   ayatollah uzma, dan bukankah dua wartawan Indonesia Syafiq Basri dan  Sybha asa  (yang agak sinis juga dengan syi’ah) berada disana mengapa  tidak pernah  melaporkan peristiwa itu, Jika peristiwa itu benar  terjadi, pada saat Seminar  Istiqlal yang membahas syi’ah itu, syubha  asa akan mengeksploitasi peritiwa itu  untuk digunakan alat untuk  menyerang syi’ah [4].  Lagi-lagi keanehan  dan  kedustaan orang-orang  ahlu sunnah yang gemar berdusta.
Gerakan Salaf di Iran ?
Tidak puas dengan rekayasa  cerita Mamduh Farhan al buhairi kembali  membuat kebohongan dengan menuliskan :  Dia  (al burqui)bergabung dengan  jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat  Jum’at serta jama’ah di  Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’  ada  baiknya anda membaca  buku Rida Gul Surkhi, “Fida’iyan I Islam, aghaz gar I  junbish I  musallahanih dar Iran, atau buku Barnamih I hukumat I fida’iyan I  Islam  karya Navvab Safavi, atau Ridha Hakimi, berjudul Tafsiri aftab,  jadi  anda  akan tahu kebohongan dari mamduh Farhan al Buhairi tentang kiprah  gerakan salaf  di Iran.
Kapan sebenarnya al Burqui itu wafat ?
Kebohongan mamduh  Farhan al Buhairin ini semakin jelas ketika anda  memperhatikan tulisan berikut :  “memvonis penjara selama tiga puluh  tahun tanpa memperhatikan usianya yang  lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i  meninggal dunia setelah matinya Khumaini.  bagaimana mereka mengurung  dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas  kasih?! Apakah  mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Cerita diatas  semakin aneh saja, disebutkan bahwa Burqui di penjara   (tapi tidak jelas  pemerintahan siapa yang memenjarakan) selama 30 tahun  dan meninggal setelah  meninggalnya Imam Khumaini, apa tidak aneh  cerita ini, usia revolusi Islam Iran  baru 31 tahun, jika benar Burqui  ditangkap dan dipenjara diawal revolusi  (1979),  berarti pada tahun  2009 Burqui Wafat, sedangkan informasi ini konon  dimuat dan diterbitkan  oleh Penerbit Darul Falah  pada tahun 2007/2008  (saya  pernah membaca  artikel ini di situs myquran.com dan dipostingkan oleh orang yang   bernama movet pada tahun 2007) apa tidak aneh ini ? Tapi okelah kita  percayai  saja dulu.
Perlu di ingat bahwa beberapa wartawan dari Indonesia pernah   berkeliling dipenjara-penjara di Iran [5]  Menurut Basri kunjungan itu  diikuti  pula oleh Peter Scool Latour, yang mencari-cari keburukan  perlakuan pada  peakitan di penjara Iran, dan sama sekali tidak  ditemukan nama : Ayatullah Al  ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl, jika  ditemukan tentu Latour bersama barat yang  memusuhi iran akan menjadikan  bahan tekanan dengan melibatkan Badan Amnesty  Internasional, faktanya  tidak ditemukan sama sekali laporan nama itu dan Basri  pun bahkan  syu’bha asa tak menemukan nama itu sama sekali, berate inilah   kebohongan seorang sarjana ahlu sunnah, apakah begini ajaran ahlu sunnah  ?  menghalalkan dusta dan kebohongan ? apa patut di contoh ?
Kitab-Kitab yang ta pernah ada
Mamduh Farhan al Buhairi menuliskan sejumlah karya al Burqui sbb :
1.     Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi,  tertuang dalam 411 halaman
2.    Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab  Kunci-Kunci Surga),  kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan 209  halaman
3.    Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits  Mahdi),  dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah   (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
4.    Al Jami’ Al Manqul fii  Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul  tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia  menghimpun hadits-hadits shahih ahlus  sunnah yang dicocokkan dengan  hadits-hadits yang ada pada Syi’ah.  Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan  bahwa Syi’ah tidak  mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan  hawa nafsu  dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406
5.    Dirasah Nushush  Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah).  Disini dia menetapkan dengan  dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti  bahwa khilafah adalah haqq dan imamah  yang mereka yakini adalah tidak  berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah  kebohongan yang nyata. Kitab  ini tertuang dalam 170
6.    Naqd ‘Ala Al  Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam
7.     Menerjemahkan Mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu  Taimiyah
Ditambah Farhan al Buhairi menuliskan bahwa   Ustadz (Prof.) Ahmad Al  Khatib  Al Irani menulis Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih. Melihat  daftar judulnya  buku tersebutbisa dikatagorikan buku serius dan tentu  saja ulama-ulama syi’ah  akan menanggapi secara ilmiah – Kalau memang  buku itu pernah ada –  apalagi di  Iran ada komisi yang menangani  penerbitan buku-buku, jika buku itu terbit tentu  akan segera di  tanggapi secara luas  sebagimana tradisi ilmiah dalam  syi’ah,
Hampir semua karya-karya yang menyerang syi’ah ddijawab oleh   ulama-ulama syi’ah dan para penyerang itu tidak lagi berkutik kami  sebutkan  diantara kitab-kitab itu :
1. Karya al Khudhari, Mudharat fi Tarikh al Umam al islamiyah  diterbitkan  dengan judul Ceramah-ceramah tentang sejarah umat islam)
2.Karya Rasyid  Ridha,  As sunnah wa Asy Syi’ah  diterbitkan dengan judul Sunnah dan  syi’ah.
3. Karya al Qashimi, Ash Shira’ Baina watsaniyyah wa al Islam  diterbitkan dengan judul Pertarungan antara paganisme dan Islam
4.Ahmad Amin,  Fajr wa Islam wa Dhuha al islam  diterbitkan dengan judul  Fajar islam  (Belakangan penulisnya Ahmad Amin melakukan pertobatan dan  permohonan maaf  kepada Muslim Syi’ah, Ahmad Amin  karena merasa  bersalah telah menulis distorsi  atas syi’ah akhirnya pada tahun 1349  Hujriah  dia mendatangi najaf dan disana  menyatakan permohonan maaf,  diantara Ulama syi’ah yang menerimanya adalah Syeikh  Muhammad Husain  Kasyif al Gita.
5. Karya Musa Jarullah, Al Wasyi’ah fi Naqqd  asy syi’ah diterbitkan dengan judul kumpulan kritik terhadap syi’ah
6. Karya  Muhibbudin Khatab, al Khuthuth al ‘aridhah  diterbitkan dengan judl jaringan  luas
7. Karya Ihsan Illaihi zahir, Asy syi’ah wa sunnah.
8. Karya Ihsan  Illaihi zahir, Asy syi’ah wa al qur’an
9. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy  syi’ah wa ahlul ba’it
10. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy syi’ah wa at  tasyayyu’
11. Karya Ibnu Taimiyah, Minhaj as sunnah
12. Karya Nshir al  Ghifari, Ushul Madzhab as syi’ah
13. Karya Abdullah Muhammad al Gharib, Wa  ja’a Dawr al Majus
14 Karya ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah
15.  Karya Muhaddits Tsabit al Mishri, Jawlah fi Rubu’ asy syarq al Adna
Dan kitab-kitab di atas ditanggapi oleh :
1.     Syarif Murthadha dalam kitab asy syafi fi al Imammah (belum  diterjemahkan)
2.    Alamah al Hilli, Nahj al Haq wa kasyf ash shidsiq (kitab  ini  dikritik kelompok sunnah oleh Fadhl bin Ruzbahab, al asy’ari, Ibthal al   Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil)
3.    Sayyid Nurullah al Husaini al Tusturi,  Ihaqaq al Hal, kitab ini  ditujukan untuk menanggapi kitab Ibthal al Bathil wa  ihmal kasyf al  ‘athil yang sebelumnya kitab karya Fadhl bin Ruzbahab ini di  koreksi   oleh Ayatullah syihabuddin al Mar’asyi an Najafi.
4.    Alamah al  Mudzaffar, menulis Dalail ash shiddiq, untuk menanggapi  kitab Minhaj as sunnah,  dan banyak menyoroti kebencian Ibnu Taimiyah  pada keluarga Rasulullah  saw.
5.    Allamah Abdul Husain al Amini, menulis al Ghadir  kitab ini di   dedikasikaan untuk mengkoreksi dan membantah kitab : al ‘aqad al farid,  al farq  bainal fariq, al milal wa an nihal, al bidayah wa an nihayah,  al mashsar, as  sunnah wa asy syi’ah, ash shira’, fajr  al Islam, dhuha  al isalm, ‘aqidah asy  syi’ah , al wasyi’ah, minhaj as sunnah
6.    Sayyid Hamid Husain Ibnu sayyid  Muhammad Qili al Hindi, ‘Abaqat  al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. kitab  ini untuk menjawab  ath  tuhfah al Itsna ‘asyariyyah,  Menarik untuk di catat  disini kitab ini  adalah kitab pungkasan yang sampai saat ini  ahlu sunnah belum  ada yang  mampu memberi sanggahan terhadap kitab ini.
7.    Murthadha al  ‘askari,  Ma’alim al madrasatain
8.    Abu Ahmad bin abdun Nabi an  Naisabhuri, as saif al Maslul ‘ala Mukhribi din ar Rasul.
9.    Muhammad  Qili,  an Nazhah al Itsna ‘Asyariyyah.
10.    Syeikh subhan Ali Khan al  Hindi, al wafiz fi al Ushul
11.    Sayyid Muhammad sayyid  al Immamah  dan al  Bawariq al Illahiyyah.
Al Dahlawi  semula menyerang syiah lewat kitab  At Tuhfah al Itsna   ‘asyariyyah  dan langsung ditanggapi kitab ash shawarim allahiyyah karya  sayyid  Deldor Ali  dan Kitab sharim al Islam, kemudian kitab ini di  tanggapi oleh murid  al Dahlawi  yang bernama Rasyidudin al Dahlawi  lewat kitabnya asy syawakah al  “umariyyah, kemudian kitab ini  ditanggapi lagi oleh ulama ahlul ba’it Bqir Ali  lewat karyanya al  Hamlah al Haidariyyah dan al Mirza  dengan karyanya  an  Niazhah al  Itsna “asyariyyah dan kitab ini ditanggapi oleh ahlu sunnah lewat   kitab  Rujum asy syayathin.  Dan kitab inipun di jawab oleh ulama syi’ah  Sayyid  Ja’far Musawi dalam kitabnya Mu’in as shadiqin fi Radd Rujum  asy  syayathin.
Kitab ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah dtanggapi pula  oleh  Muhammad Qili lewat al ajnad al Itsna “asyariyyah al Muhammadiyyah,    kemudian kitab ini ditanggapi  oleh Muhammad Rasyid ad Dahlawi, dan  ditanggi  lagi oleh Sayyid Muhammad Qili dalam kitab al ajwibbah al  Fakhirah fi ar radd  ‘ala al Asya’irah.  Dan seluruh polemik ini di  akhiri oleh Sayyid Hamid Husain  Ibnu sayyid Muhammad Qili al Hindi yang  berjudul ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al  Aimamah al Athhar. Hingga hari  ini tidak kitab ahlu sunnah yang menanggapi kitab  ini Dan ahlu sunnah  tak bisa membantah kebenaran syi’ah hingga akhirnya ditempuh  cara-cara  kotor memalsukan buku dan merekayasa tokoh seperti munculnya tokoh   rekaan yang diciptakan oleh  sarjana-sarjana sunni seperti ; Utsman al  Khamîs,  Ahmad ibn Sa’ad Hamdan al Gamidi, Ihsân Ilâhi Dzahîr, Al Qifâri  dan penulis  fiktif yang mengaku bernama Sayyid Husain al Musawi.Ahmad  ibn Sa’ad Hamdan al  Ghamidi  yang juga disebut orang syiah yang pindah  ke sunni dan ternyata  orangnya fiktif seperti fiktifnya Ayatullah Al  ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl
Kesimpulan
Begitulah dakwah sunni-wahabi, dengan gemar  membuat dongengan-dongengan  palsu, sebagimanayang dialami dibawah ini (sebagian  saya sebutkan) ,  dan hal itu bukan kali pertama :
1.    Konspirasi mencatut nama Sayyid musa Musawi cucu Ayatullah  Isfahani,  yang dinyatakan seolah-olah menulis kitab  as syi’ah wa at  tashih yang  sebetulnya ditulis oleh kelompok ahlu sunnah -wahabbi.  Bahkan mereka juga  mengabarkan betapa para ulama-ulama syiah melakukan  pertobatan dan masuk ahlu  sunnah dan dibongkar oleh ayatollah Jakfar  subhani.
2.    Nama Ayatullah Ja’far Subhani dicatut seolah-olah menulis buku   Qira’atun Rasyidah Fi Kitab Nahjil Balghah  yang sebetulnya karya orang  sunni  bernama Abdurrahman bin Abdullah  al Jami’an. Kitab ini sempat  diterbitkan dalam  bahasa Persia berjudul Nahjul Balaghah Ra dubareh  Bekhanim. Terhadap aksi  pencatutan ini Ayatullah ja’far subhani  melayangkan protes ke Pemerintah  Saudi.
3.    Diciptakan pula nama Hasan Musawi seorang  seorang tokoh fiktif  ulama  syiah yang telah masuk sunni dan membongkar keyakinan syiah  sebagimana dilakukan  tim sidogir dalam membantah bukunya Uts Qurasy  syihab dan di bongkar oleh ust  Ibn Jakfari.
4.    Kita menyaksikan pula kebohongan Ustad Prof. KH Irfan Zidny MA  (tokoh  yang hadir dalam seminar di Istiqlal 22 sept 1997 saat membahas  syi’ah) yang  mengaku teman sekelas Imam Khomaini, ternyata ketahuan  bohonya setelah dibongkar  oleh ustd O Hasem. [6]
Akan panjang jika kita cantumkan daftar kebohongan mereka, kita  cukupkan saja  [7], haln ini menjadi bukti bahwa mereka membangun dakwah  dari satu dusta ke  dusta lain dari satu rekayasa ke reklayasa lain.
[1] Untuk mengetahui pembongkaran kedustaan ahlu sunnah itu silahkan  rujuk ke  buku di Kasyful Asrar Bayna  if shlihi al farisy wt tarjamah  al urdaniyah karya  Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata,
[2] lihat di ke al Haqiqah adh dha’I’ah, fenomena  sunni wahabbi yang sembrono membuat fatwa-fatwa aneh.
[3]lihat  peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iran, lewat tulisan Baqer  Moin, Iran : From  The ConstitutionalMovement of1906 to the 1979  Revolution
[4] Lihat artikel  syu’bah asa di mengapa kita menolak syi’ah hal 129-163
[5]Lihat buku Syafiq  basri  Iran Pasca Revolusi disana ia menceritakan kunjungan ke penjara  Iran.
[6] Lihat di syi’ah di benci syi’;ah di cari
[7] Yang berminat  silahkan rujuk ke al Haqiqah adh dha’I’ah untuk  menemukan model-model kebohongan  polemis sunni terhadap syi’ah.