Rabu, 19 Januari 2011

Former US President George W Bush and King Fahd of Saudi Arabia

bush saudi king 3
Former US President George W Bush and King Fahd of Saudi Arabia

Various citizens and companies from the US State of Texas have had a great relationship with the Kingdom of Saudi Arabia since 1936 when the Texas oil company bought a stake in the Saudi run oil company Aramco.
Over the years, oil has been the catalyst that kept the two parties together and former Presidents George Bush and his son George W Bush both had great working relationships with the Saudi Royal family.

Biar jelas siapa sih musuh dalam selimut umat Islam

Biar jelas siapa sih musuh dalam selimut umat Islam
0
PERJANJIAN PERTAHANAN AS seperti: North Atlantic Treaty, Anzus Treaty, pada perjanjian tersebut dituliskan bahwa AS BERKEWAJIBAN MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ARAB SAUDI DARI SETIAP ANCAMAN BAIK YANG DATANG DARI DALAM DAN LUAR NEGARA ARAB SAUDI (dalam perjanjian tersebut juga disebut kewajIban yang sama untuk negara ditimur tengah). Implementasi dari kesepakatan untuk melindungi ARAB SAUDI tersebut adalah AMERIKA MENGIRIMKAN 439 PENASEHAT MILITER, DITAMBAH 10.369 AL DAN MARINIR DARI ARMADANYA KE ARAB SAUDI.

MASIH DIRASA BANYAKNYA ANCAMAN, ARAB SAUDI PERLU MEMOHON PERTOLONGAN LAGI KEPADA ORANG-ORANG KAFIR TERSEBUT, LALU DITANDATANGANILAH KONTRAK PERTAHANAN DALAM KONTRAK AL YAMANAH – 1 DAN KONTRAK AL YAMANAH – 2. Implementasi atas kerjasama tersebut mengalirlah peralatan tempur ke Negara Wahabi tersebut, diantaranya: 1. AMERIKA SERIKAT mengirimkan: 5 unit Pesawat Peringatan Dini jenis E-3A AWACS, 6 Unit Pesawat Tanker Tempur jenis Boeing, yang akan mendukung F-15 Eagle yang sudah dikirim AS sebelumnya. 2. PERANCIS, INGGRIS DAN JERMAN mengirimkan: 4 unit kapal Freegat kelas 2000 ton dilengkapi rudal Excocet dan Crotal, 2 unit Kapal Tanker tempur Kelas Boraida Bobot 4000 ton, dan 24 unit Helikopter dilengkapi Rudal AS-15TT. 3. PERANCIS menambah arsenal untuk melindungi negara wahabi salafi tersebut dengan mengirim: Ratusan Kendaraan Lapis Baja jenis AMX – 10P, VCC-1 yang dilengkapi TOW sebanyak 2500 unit, 12 Heli AS 322 Super Puma yang dilengkapi Excocet dan Pesawat Tempur Mirage 2000 dan Mirage 4000. 4. INGGRIS tak kalah dalam memberi perlindungan bagi Negara yang sudah dibebaskan dari bid’ah dan khurofat oleh Abdul Wahab ini: 48 unit TORNADO versi IDS (Penyusup dan Penggempur) 60 Hawk 200 berkursi satu dan versi militer pesawat penumpang jenis BAe 146 dan Jet VIP 125 yang akan digunakan untuk menyelamatkan ulama-ulama Salafi dan Petinggi kerajaan jika Saudi terjadi pergolakan. Mey Kartyono seorang wartawan militer mengatakan bahwa Arab Saudi (Pusat dan Pelindung ajaran Wahabi) SELAIN MENGANDALKAN ARSENAL DAN KEKUATAN MILITER, SAUDI JUGA SANGAT MENGGANTUNGKAN PEMBINAAN HANKAMNYA PADA AMERIKA. BAHKAN SAUDI MEMBERIKAN KEPERCAYAAN PENUH DALAM MENYUSUN SISTEM PERTAHANAN ELEKTRONIK SEPANJANG 1126,3 KM KEPADA AS.

Tidak tahukah ULAMA-ULAMA SALAFI-WAHABI dalam masalah pertahanan negerinya? Tentu sangat tahu, tapi mengapa diam saja? Tidakkah para pejabat militer Arab Saudi mengetahui design adequacy terhadap sistem pertahanannya yang bila macam-macam kepada si perancangnya justru senjata dan sistem perang itu akan menjadi senjata makan tuan? Tentu Tahu, Apakah ulama yang diagung-agungkan pengikut salafi wahabi itu tahu persoalan tersebut?

TAHUKAH BAHWA BIAYA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENJAMIN KEHIDUPAN ATASE DAN PENASEHAT MILITER SAUDI ITU MENGALIR KE AMERIKA DAN MASUK KE KANTONG YAHUDI ? OO…SANGAT TAHU!!! TAPI MENGAPA BERBUAT BEGITU??!! Beberapa Majalah militer menyebut bahwa kekuatan Saudi dengan persenjataan tersebut, menempatkanya sebagai negara yang kuat di Timur Tengah. TAPI MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN KEKUATANNYA UNTUK MEMBEBASKAN PALESTINA? ATAU MEMBANTU LEBANON?

Tokoh Rekaan Salafi Wahabi Bernama Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’i … Waspadai Buku Palsu Yang Berjudul : “MENGAPA SAYA KELUAR DARi SYiAH”

Tokoh Rekaan Salafi Wahabi Bernama Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’i … Waspadai Buku Palsu Yang Berjudul : “MENGAPA SAYA KELUAR DARi SYiAH”

Group Facebook Anti Syi’ah bernama Inilah Syiah dan penjelasanya II menuliskan :
.
Syi’ah tertusuk pada jantungnya, tatkala seorang Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi’ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini.Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah, disusul dengan bala’ susulan dengan taubatnya Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu’i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al ‘Uzma Al Burqu’i benar-benar mengguncang Syi’ah, karena ia (Al Burqu’i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.
Sekapur Sirih tentang Al Burqu’i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi’ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja’fariyah. Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus. Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini. Dia bergabung dengan jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum’at serta jama’ah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’. Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”.
Dia menulis banyak kitab, antara lain: Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi’ah dan menunjukkan kebatilannya. Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi’ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman. Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).  Al Jami’ Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul).
.
Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman. Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman. Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu’i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi’ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi’ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi’ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi’ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi’ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al ‘Uzma. Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu’i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.  Akhirnya syi’ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i meninggal dunia setelah matinya Khumaini. Renungkanlah bersama-sama, Syi’ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait. Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan membunuh orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?! Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
Telah banyak kaum Syi’ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu’i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka. Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti. Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi’ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu ‘anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan. Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu’ rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya.
Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih: Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi’in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal ‘aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi’ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu’ (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi’ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.     Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi’i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi’ah.
Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi’ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi’i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya  kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran. Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi’ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid’ah dan ombak dhalalah.
Sumber :
Gen Syi’ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247.
Anti Syi’ah Rafidhah
Ustad  Syi’ah  Ali  menanggapi :
Agaknya kaum polemis dari kalangan ahlu sunnah mengalami frustasi   menghadapi kenyataan banyaknya ulama-ulama mereka (sunni) yang kemudian hijhrah ke madzhab syi’ah ahlul ba’it yang dipastikan kebenaranya melalui kajian mendalam, sekedar menyebutkan sebagian mereka diantaranya adalah :
1. Muhaddis Jalil Abu Nafar Muhammad bin Mas’ud bin “iyasy, dikenal dengan al ‘iyasy  dia yang menulis tafsir al m’atsur dan kitab al ‘iyasyi.
2. Syeikh Muhammad Mar’i al Amin al Anthaki, beliau menuliskan kitab Limadza Ikhtartu Madzhab asy syi’ah.
4. Syeikh Muhammad Abu Rayah. menuliskan adhwa’ ala as sunnah al muhammadiyyah dan kitab abu hurairah syeikh al mudhirah.
5. Ahmad Husain Yaqub. menuliskan Nadzariyyah al adalah ash shahabah dan kitab al khutuhath as siyasiyyah li tawhud al ummah al islamiyyah.
6 at Tijani as samawi, menuiliskan Tsamma Ihtadaitu.Li’akuna Ma’a  ash shadiqin , Fas’alu ahla adz dzkr, asy syi’ah hum ahlus sunnah.
7. Sayid Idris al husaini, menulis  Laqad Tasyayya’ani al husain, al Khilafah al Mughtashabah dan kitab Hakadza ‘araftu asy syi’ah.
8. Sha’ib Abdul Hamid, kItab Manhaj fi al Intima’ al Madzhabi.
9. Sa’id Ayub, ‘Aqidah al Masih ad Dajjal  dan Ma’alim Fatan.
10. Shalih al Wardani, al Khuda’ah, Rihlati min as sunnah ila asy syi’ah, Harakah ahlul Bait as, asy syi’ah fi mishr, ‘aqa’id as sunnah wa ‘aqa’id asy syi’ah.
11. Muhammad abdu; Hafidz, Limadza ana ja’fari.
12. Sayyid Abdul Mun’im Muhammad al Hasan, Bi Nur Fathimah Ihtadaitu
13. Syekh Abdul Nashir, Syi’ah wa al Qur’an, asy syi’ah wa hadits, asy syi’ah wa ash shahabah, asy syi’ah at taqiyyah  dan  asy syi’ah wa al imammah
14. al ‘Alim al Khathib al Munadzir sayyid ali al badri, ahsan al mawahib fi haqa’iq al madzahib.
15. Sayyid Yasin al Ma’yuf al Badrani, Ya Laita Qawmi Ya’ lamun.
Kepanikan kelompok polemis ahlu sunnah yang diwakili oleh Mamduh Farhan Al Buhairi disikapi dengan menciptakan tokoh palsu yang direka-reka sendiri seolah-oleh telah ada seorang ulama syi’ah telah meninggalkan madzhab syi’ah dan memilih madzhab ahlu sunnah, ulama fiktif  rekaan Mahmud Farhan Al buhairi itu bernama : Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’I
Jika diberbagai group-group atau forum-forum anti syi’ah di postingkan artikel tulisan Mamduh Farhan al Buhairi di atas, dan  para pengikut Ahlul Ba’it tidak menanggapi, hal itu bukan berarti  sebagai keterkejutan atau tertusuk jantungnya, diamnya para tasyayu’ itu disebabkan karena tidak dikenalnya nama Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’I  ? Bahkan nama-nama seperti, Ahmad Al Kisrawi  Ahmad Al Khatib Al Irani pun di kalangan Syi’ah tidak ditemukan, boleh jadi kedustaan itu sama dengan kedustaan yang dilakukan oleh ahlu sunnah atas pemalsuan buku Imam khomaini – Kasyful Asrar -, yang justru dibongkar oleh Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata, kelompok ahlu sunnah itu memalsukan sejumlah nama yang orangya pun tidak ada seperti : Dr. Muhammad al Bandari, Sulaim al Hilalali  dan  Prof Dr Muhammad Ammad al Khatib [1]  Apa yang mau di tanggapi orangnya saja tidak ada dan itu hanya tokoh rekaan imajinasi dari Mamduh . Nah pada tulisan  kali ini kami akan menunjukan dimana letak kedustaan seorang polemis ahlu sunnah yang bernama Mamduh Farhan Al Buhairi yang artikelnya sempat menjadi senjataan kebanggaan kelompok ahlu sunnah. Perhatikan orang-orang yang mengaku pengikut Sunnah dan mengklaim ahlu sunnah justru berbuat kotor dan nista, bahkan mereka tanpa malu menggelari tokoh-tokoh rekaan mereka dengan gelar akademis agar para pembacanya percaya.
Ketidak Pahaman  Mamduh Farhan Al Buhairi terhadap gelar Ayatullah Uzma
Bukti bahwa Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu’I adalah tokoh rekaan, sebetulnya sudah ketahuan bahkan d ialenia paling awal dari tulisan Mamduh Farhan Al Buhairi. Banyak kontadiksi-kontradiksi dan kelucuan-kelucuan yang tertulis disana, misalkan “…Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl …memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi’ah kala itu.”
Letak keanehan dari tulisan tersebut adalah bahwa Mamduh Farhan Al Buhairi bahkan sama sekali tidak tahu makna gelar Ayatullah Uzma, dia hanya berputar-putar pada kalimat “kedudukan yang sangat tinggi” dan “mercusuar agama Syi’ah” dari sini saja sudah ketahuan perekayaasaan cerita. Bagi kalangan syi’ah, gelar Ayatullah Uzma itu adalah gelar yang diperuntukkan seorang mujtahid yang telah menjadi marja’ taqlid (panutan dalam hal agama, seperti Imam Syafi’i , Imam Maliki, Imam  Hanafi dan Imam Hanbali di sunni). Berbeda dengan kalangan Sunni yang  menjadikan tempat rujukan  untuk masalah-masalah  kontemporer  yang terus berkembang kepada ulama empat itu meskipun mereka sudah wafat, -  dan tetu saja mereka tidak bisa menjawab wong sudah wafat dan akhirnya kalangan ahlu sunnah dalam fiqih pun terjebak dalam stagnasi, di kalangan syi’ah jika ulama rujukan sudah wafat maka akan di gantikan ulama berikutnya sehingga setiap masalah yang baru yang dimasa sebelumnya tidak ada akan di selesaikan oleh ulama berikutnya yang masih hidup. Dikalangan ahli agama fenomena dari tugas ulama ini adalah melakukan penyimpulan hukum (istinbath) dari sumber yang bersifat tetap (Rabth al mutaghayyir bi atstsabit )  Yakni Al Qur’an Sabda Nabi dan perkataan Imam untuk menjawab relvansi persoalan yang bersifat kiwari – relevansi yang kiwarai dengan sesuatu yang azali (rabth al Hadits bi al Qadim)- di kalangan ulama syi’ah metode ini dikenal dengan konsep mughalathah (paralogisme), karena perangkat ilmu untuk dapat memenuhi syarat menjadi praktisi mughalathah ini sangat berat maka orang yang mencapai kemampuan ini sangatlah sedikit, dan para sarjana yang cerdas dan alim yang memenuhi prasyarat itu yang berhak menyandang sebagai Ayatullah Uzma dan dia menjadi rujukan. Bandingkan dilingkungan ahlu sunnah  setiap orang bahkan bisa mengeluarkan fatwa agama bahkan dengan modal yang sangat pas-pasan [2], maka tak heran seorang selebritis yang jadi da’i pun menjadi ulama rujukan.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa orang yang mencapai kemapuan sebagai Ayatullah Uzma boleh di bilang sangat sedikit, dan oleh karenanya orang tersebut sanagat terkenal. Sebetulnya Mamduh Farhan Al Buhairi menyebutkan bahwa Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu’I adalah orang yang bepengaruh, namun karena tidak mengetahui tradisi syi’ah sehingga dia tidak bisa menjelaskan pengaruhnya dalam apa. Bahkan iapun terpelesert dengan tulisannya sendiri “Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi’ah.”  Dan ini sangat lucu, apa nggak aneh orang yang kurang penguasaanya dalam refrensi agama syi’ah bisa jadi Ayatullah Uzma” (wah..wah ini betul betul dagelan bantul ha ha ha)
Kecentang perenangnya peristiwa berpindahnya Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl ke madzhab sunni

Mamduh Farhan al Buhairi menuliskan  masuknya Burqui ke madzhab sunni: “Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi’ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusu” dan di alinea berikutnya  dituliskan lagi : Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”.
Memperhatikan tulisan diatas  jelas tampak sekali kedustaan al Buhairi, bukankah pemerintahan sebelum Republik Islam Iran adalah pemerintahan Reza Syah Pahlevi yang bersifat monarki sekuler ? bahkan syah iran sangat represif terhadap  ulama-ulama syi’ah di Iran dengan mengerahkan SAVAK untuk melakukan sejumlah aksi kotor dan menangkapi para ulama syiah [3], jika menampar pemerintahan Iran apa nggak aneh ini ? Perlu di ingat bahwa pemerintahan syah Iran pada saat itu di dukung CIA, diantaranya bernama Allan Dulles, kalau memang tokoh yang bernama Al Burqu’I itu ada dan menyeberang ke Sunni itu ada tentu saja akan di manfaatkan dengan baik oelh agen Savak dan CIA untuk menggembosi gerakan ulama-ulama syi’ah  apalagi yang menyeberang adalah ayatollah Uzma yang denganya dia dapat dimanfaatkan fatwanya untuk menggiring pengikutnya menyebrang, dan ternyata nama itu tidak ada dan tidak pernah ada.
Agaknya dongengan itu sebenarnya untuk mendiskriditkan pemerintahan Republik Islam Iran, karena biasanya pemerintahan iran sering di fitnah oleh orang-orang sunni dengan tuduhan “gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman, tapi mungkin sangking semangatnya membuat fitnah justru dia lupa bahwa dia mengarang cerita ada ayatollah uzma yang masuk sebelum revolusi, yang membenci ulama.  Lagi-lagi tulisan Mamduh ini tak lebih dari dagelan bantul.
Semakin terungkap lagi kebohonagn Mamduh Farhan al Buhairi tatkala ia  menyebut “menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa”  bukankah ini bisa menjadi insiden nasional yang segera menjadi konsumsi pers-tentu saja kalau itu terjadi-  lalu masjid apa dan di mana ?  di frase berikutnya Mamduh Farhan al Buhairi menuliskan : hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya,     “Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu”. Mamduh Farhan al buhairi mengutip dari judul Kitab apa ? bukankah dibawah disebutkan nama kitab-kitab fiktifnya.
Kisah Debus di tangan Mamduh Farhan al Buhairi

Lagi-lagi Mamduh Farhan al Buhairi  terjungkal di tulisanya sendiri, ia menuliskan  cerita bak debus dalam tulisanya: “Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini”  apa ke anehanya, bagi anda yang sedikit saja memahami anatomi faali manusia dan sedikit memahami pengetahuan balistik anda akan dibuat aneh dengan tulisan ini, impulsi di area ruang rahang yang terkena tembusan rotasi silender balistik peluru yang melewati pipi kiri keluar pipi kanan  dan orang itu selamat dan kembali beraktifitas adalah kasus yang sangat langka bahkan musykil  sekedar contoh saja syahidnya Ayatullah Murthadha Muthari adalah kasus penembakan yang hamper sama, dan banyak kasus sama ditemukan dari aksi bunuh diri para perwira tinggi jerman pada saat menghadapi kekalahan melawan sekutu, dengan model penembakan hara-kiri seperti yang diceritakan diatas. Tapi okelah kita percayai saja cerita itu, toh disana dituliskan frasa berikut : Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini,  tetapi siapakah yang menembak ? dan dimana terjadi ? oleh tentara/polis siapa ? kalau itu benar terjadi peritiwa itu adalah peristiwa besar karena yang ditembak adalah ayatollah uzma, dan bukankah dua wartawan Indonesia Syafiq Basri dan Sybha asa (yang agak sinis juga dengan syi’ah) berada disana mengapa tidak pernah melaporkan peristiwa itu, Jika peristiwa itu benar terjadi, pada saat Seminar Istiqlal yang membahas syi’ah itu, syubha asa akan mengeksploitasi peritiwa itu untuk digunakan alat untuk menyerang syi’ah [4].  Lagi-lagi keanehan  dan kedustaan orang-orang ahlu sunnah yang gemar berdusta.
Gerakan Salaf di Iran ?

Tidak puas dengan rekayasa cerita Mamduh Farhan al buhairi kembali membuat kebohongan dengan menuliskan : Dia  (al burqui)bergabung dengan jama’ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum’at serta jama’ah di Teheran, kawasan luar ‘Ghadzar Wazir Daftar’  ada baiknya anda membaca buku Rida Gul Surkhi, “Fida’iyan I Islam, aghaz gar I junbish I musallahanih dar Iran, atau buku Barnamih I hukumat I fida’iyan I Islam karya Navvab Safavi, atau Ridha Hakimi, berjudul Tafsiri aftab,  jadi anda akan tahu kebohongan dari mamduh Farhan al Buhairi tentang kiprah gerakan salaf di Iran.
Kapan sebenarnya al Burqui itu wafat ?
Kebohongan mamduh Farhan al Buhairin ini semakin jelas ketika anda memperhatikan tulisan berikut : “memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu’i meninggal dunia setelah matinya Khumaini. bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?! Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Cerita diatas semakin aneh saja, disebutkan bahwa Burqui di penjara  (tapi tidak jelas pemerintahan siapa yang memenjarakan) selama 30 tahun dan meninggal setelah meninggalnya Imam Khumaini, apa tidak aneh cerita ini, usia revolusi Islam Iran baru 31 tahun, jika benar Burqui ditangkap dan dipenjara diawal revolusi (1979),  berarti pada tahun 2009 Burqui Wafat, sedangkan informasi ini konon dimuat dan diterbitkan oleh Penerbit Darul Falah  pada tahun 2007/2008  (saya pernah membaca artikel ini di situs myquran.com dan dipostingkan oleh orang yang bernama movet pada tahun 2007) apa tidak aneh ini ? Tapi okelah kita percayai saja dulu.
Perlu di ingat bahwa beberapa wartawan dari Indonesia pernah berkeliling dipenjara-penjara di Iran [5]  Menurut Basri kunjungan itu diikuti pula oleh Peter Scool Latour, yang mencari-cari keburukan perlakuan pada peakitan di penjara Iran, dan sama sekali tidak ditemukan nama : Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl, jika ditemukan tentu Latour bersama barat yang memusuhi iran akan menjadikan bahan tekanan dengan melibatkan Badan Amnesty Internasional, faktanya tidak ditemukan sama sekali laporan nama itu dan Basri pun bahkan syu’bha asa tak menemukan nama itu sama sekali, berate inilah kebohongan seorang sarjana ahlu sunnah, apakah begini ajaran ahlu sunnah ? menghalalkan dusta dan kebohongan ? apa patut di contoh ?
Kitab-Kitab yang ta pernah ada
Mamduh Farhan al Buhairi menuliskan sejumlah karya al Burqui sbb :
1.    Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman
2.    Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan 209 halaman
3.    Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi’ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
4.    Al Jami’ Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi’ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi’ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406
5.    Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170
6.    Naqd ‘Ala Al Muraja’at dan Tadhad Madzhab Al Ja’fari Ma’a Quran wa al Islam
7.    Menerjemahkan Mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Ditambah Farhan al Buhairi menuliskan bahwa   Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani menulis Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih. Melihat daftar judulnya buku tersebutbisa dikatagorikan buku serius dan tentu saja ulama-ulama syi’ah akan menanggapi secara ilmiah – Kalau memang buku itu pernah ada –  apalagi di Iran ada komisi yang menangani penerbitan buku-buku, jika buku itu terbit tentu akan segera di tanggapi secara luas  sebagimana tradisi ilmiah dalam syi’ah,
Hampir semua karya-karya yang menyerang syi’ah ddijawab oleh ulama-ulama syi’ah dan para penyerang itu tidak lagi berkutik kami sebutkan diantara kitab-kitab itu :
1. Karya al Khudhari, Mudharat fi Tarikh al Umam al islamiyah diterbitkan dengan judul Ceramah-ceramah tentang sejarah umat islam)
2.Karya Rasyid Ridha,  As sunnah wa Asy Syi’ah  diterbitkan dengan judul Sunnah dan syi’ah.
3. Karya al Qashimi, Ash Shira’ Baina watsaniyyah wa al Islam diterbitkan dengan judul Pertarungan antara paganisme dan Islam
4.Ahmad Amin, Fajr wa Islam wa Dhuha al islam  diterbitkan dengan judul Fajar islam (Belakangan penulisnya Ahmad Amin melakukan pertobatan dan permohonan maaf kepada Muslim Syi’ah, Ahmad Amin  karena merasa bersalah telah menulis distorsi atas syi’ah akhirnya pada tahun 1349 Hujriah  dia mendatangi najaf dan disana menyatakan permohonan maaf, diantara Ulama syi’ah yang menerimanya adalah Syeikh Muhammad Husain Kasyif al Gita.
5. Karya Musa Jarullah, Al Wasyi’ah fi Naqqd asy syi’ah diterbitkan dengan judul kumpulan kritik terhadap syi’ah
6. Karya Muhibbudin Khatab, al Khuthuth al ‘aridhah  diterbitkan dengan judl jaringan luas
7. Karya Ihsan Illaihi zahir, Asy syi’ah wa sunnah.
8. Karya Ihsan Illaihi zahir, Asy syi’ah wa al qur’an
9. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy syi’ah wa ahlul ba’it
10. Karya Ihsan Illaihi Zahir asy syi’ah wa at tasyayyu’
11. Karya Ibnu Taimiyah, Minhaj as sunnah
12. Karya Nshir al Ghifari, Ushul Madzhab as syi’ah
13. Karya Abdullah Muhammad al Gharib, Wa ja’a Dawr al Majus
14 Karya ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah
15. Karya Muhaddits Tsabit al Mishri, Jawlah fi Rubu’ asy syarq al Adna
Dan kitab-kitab di atas ditanggapi oleh :

1.    Syarif Murthadha dalam kitab asy syafi fi al Imammah (belum diterjemahkan)
2.    Alamah al Hilli, Nahj al Haq wa kasyf ash shidsiq (kitab ini dikritik kelompok sunnah oleh Fadhl bin Ruzbahab, al asy’ari, Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil)
3.    Sayyid Nurullah al Husaini al Tusturi, Ihaqaq al Hal, kitab ini ditujukan untuk menanggapi kitab Ibthal al Bathil wa ihmal kasyf al ‘athil yang sebelumnya kitab karya Fadhl bin Ruzbahab ini di koreksi  oleh Ayatullah syihabuddin al Mar’asyi an Najafi.
4.    Alamah al Mudzaffar, menulis Dalail ash shiddiq, untuk menanggapi kitab Minhaj as sunnah, dan banyak menyoroti kebencian Ibnu Taimiyah pada keluarga Rasulullah saw.
5.    Allamah Abdul Husain al Amini, menulis al Ghadir  kitab ini di dedikasikaan untuk mengkoreksi dan membantah kitab : al ‘aqad al farid, al farq bainal fariq, al milal wa an nihal, al bidayah wa an nihayah, al mashsar, as sunnah wa asy syi’ah, ash shira’, fajr  al Islam, dhuha al isalm, ‘aqidah asy syi’ah , al wasyi’ah, minhaj as sunnah
6.    Sayyid Hamid Husain Ibnu sayyid Muhammad Qili al Hindi, ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. kitab ini untuk menjawab  ath tuhfah al Itsna ‘asyariyyah,  Menarik untuk di catat disini kitab ini adalah kitab pungkasan yang sampai saat ini  ahlu sunnah belum ada yang mampu memberi sanggahan terhadap kitab ini.
7.    Murthadha al ‘askari,  Ma’alim al madrasatain
8.    Abu Ahmad bin abdun Nabi an Naisabhuri, as saif al Maslul ‘ala Mukhribi din ar Rasul.
9.    Muhammad Qili,  an Nazhah al Itsna ‘Asyariyyah.
10.    Syeikh subhan Ali Khan al Hindi, al wafiz fi al Ushul
11.    Sayyid Muhammad sayyid  al Immamah  dan al Bawariq al Illahiyyah.
Al Dahlawi  semula menyerang syiah lewat kitab  At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah  dan langsung ditanggapi kitab ash shawarim allahiyyah karya sayyid Deldor Ali  dan Kitab sharim al Islam, kemudian kitab ini di tanggapi oleh murid al Dahlawi  yang bernama Rasyidudin al Dahlawi lewat kitabnya asy syawakah al “umariyyah, kemudian kitab ini ditanggapi lagi oleh ulama ahlul ba’it Bqir Ali lewat karyanya al Hamlah al Haidariyyah dan al Mirza  dengan karyanya  an Niazhah al Itsna “asyariyyah dan kitab ini ditanggapi oleh ahlu sunnah lewat kitab  Rujum asy syayathin.  Dan kitab inipun di jawab oleh ulama syi’ah Sayyid Ja’far Musawi dalam kitabnya Mu’in as shadiqin fi Radd Rujum asy syayathin.
Kitab ad Dahlawi. At Tuhfah al Itsna ‘asyariyyah dtanggapi pula oleh Muhammad Qili lewat al ajnad al Itsna “asyariyyah al Muhammadiyyah,  kemudian kitab ini ditanggapi  oleh Muhammad Rasyid ad Dahlawi, dan ditanggi lagi oleh Sayyid Muhammad Qili dalam kitab al ajwibbah al Fakhirah fi ar radd ‘ala al Asya’irah.  Dan seluruh polemik ini di akhiri oleh Sayyid Hamid Husain Ibnu sayyid Muhammad Qili al Hindi yang berjudul ‘Abaqat al Anwar fi Imamamh al Aimamah al Athhar. Hingga hari ini tidak kitab ahlu sunnah yang menanggapi kitab ini Dan ahlu sunnah tak bisa membantah kebenaran syi’ah hingga akhirnya ditempuh cara-cara kotor memalsukan buku dan merekayasa tokoh seperti munculnya tokoh rekaan yang diciptakan oleh  sarjana-sarjana sunni seperti ; Utsman al Khamîs, Ahmad ibn Sa’ad Hamdan al Gamidi, Ihsân Ilâhi Dzahîr, Al Qifâri dan penulis fiktif yang mengaku bernama Sayyid Husain al Musawi.Ahmad ibn Sa’ad Hamdan al Ghamidi  yang juga disebut orang syiah yang pindah ke sunni dan ternyata orangnya fiktif seperti fiktifnya Ayatullah Al ‘Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl
Kesimpulan
Begitulah dakwah sunni-wahabi, dengan gemar membuat dongengan-dongengan palsu, sebagimanayang dialami dibawah ini (sebagian saya sebutkan) , dan hal itu bukan kali pertama :
1.    Konspirasi mencatut nama Sayyid musa Musawi cucu Ayatullah Isfahani, yang dinyatakan seolah-olah menulis kitab  as syi’ah wa at tashih yang sebetulnya ditulis oleh kelompok ahlu sunnah -wahabbi. Bahkan mereka juga mengabarkan betapa para ulama-ulama syiah melakukan pertobatan dan masuk ahlu sunnah dan dibongkar oleh ayatollah Jakfar subhani.
2.    Nama Ayatullah Ja’far Subhani dicatut seolah-olah menulis buku Qira’atun Rasyidah Fi Kitab Nahjil Balghah  yang sebetulnya karya orang sunni bernama Abdurrahman bin Abdullah  al Jami’an. Kitab ini sempat diterbitkan dalam bahasa Persia berjudul Nahjul Balaghah Ra dubareh Bekhanim. Terhadap aksi pencatutan ini Ayatullah ja’far subhani melayangkan protes ke Pemerintah Saudi.
3.    Diciptakan pula nama Hasan Musawi seorang  seorang tokoh fiktif ulama syiah yang telah masuk sunni dan membongkar keyakinan syiah sebagimana dilakukan tim sidogir dalam membantah bukunya Uts Qurasy syihab dan di bongkar oleh ust Ibn Jakfari.
4.    Kita menyaksikan pula kebohongan Ustad Prof. KH Irfan Zidny MA (tokoh yang hadir dalam seminar di Istiqlal 22 sept 1997 saat membahas syi’ah) yang mengaku teman sekelas Imam Khomaini, ternyata ketahuan bohonya setelah dibongkar oleh ustd O Hasem. [6]
Akan panjang jika kita cantumkan daftar kebohongan mereka, kita cukupkan saja [7], haln ini menjadi bukti bahwa mereka membangun dakwah dari satu dusta ke dusta lain dari satu rekayasa ke reklayasa lain.
[1] Untuk mengetahui pembongkaran kedustaan ahlu sunnah itu silahkan rujuk ke buku di Kasyful Asrar Bayna  if shlihi al farisy wt tarjamah al urdaniyah karya Dr Ibrahim Ad Dasuki Syata,
[2] lihat di ke al Haqiqah adh dha’I’ah, fenomena sunni wahabbi yang sembrono membuat fatwa-fatwa aneh.
[3]lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iran, lewat tulisan Baqer Moin, Iran : From The ConstitutionalMovement of1906 to the 1979 Revolution
[4] Lihat artikel syu’bah asa di mengapa kita menolak syi’ah hal 129-163
[5]Lihat buku Syafiq basri  Iran Pasca Revolusi disana ia menceritakan kunjungan ke penjara Iran.
[6] Lihat di syi’ah di benci syi’;ah di cari
[7] Yang berminat silahkan rujuk ke al Haqiqah adh dha’I’ah untuk menemukan model-model kebohongan polemis sunni terhadap syi’ah.

Rabu, 05 Januari 2011

WAHABI MEMANG KEJAM

WAHABI MEMANG KEJAM


Pada periode awal, Wahabi dengan didukung pemerintah sangat kejam. Pernah suatu ketika KH. Faqih Maskumambang saat beliau mukim di Saudi melihat orang yang sedang memegang tasbih di Masjidil Haram langsung ditangkap oleh orang Wahabi dan kukunya dicopot. Hanya gara-gara membawa tasbih yang dianggapnya bid'ah. Apalagi membaca maulid.


Wahabi adalah salah satu aliran dan faham yang mengancam terhadap amaliyah warga NU, yang penyebarannya sangat signifikan, khususnya di Indonesia, karena didukung oleh dana yang kuat, terutama dari negeri petro dolar, Saudi Arabia. Wahabi adalah sebuah paham dan aliran yang muncul di Nejd Saudi Arabia, yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa  ada campur tangan Inggris atas kemunculan Wahhabi ini. Kelahirana ajaran Wahabi dipicu oleh kepentingan politik Barat yang dikendalikan oleh Inggris di negara Turki. Raja-raja Turki terdahulu adalah raja-raja yang saleh. Tetapi pada akhirnya raja-raja Turki sudah mulai kedonyan (cinta dunia), selalu mengedepankan kemewahan dan foya-foya sampai membangun sebuah istana yang terbuat dari kristal. Di saat itulah muncul berbagai masalah, antara lain kecemburuan sosial rakyat Turki kepada para rajanya yang dipicu oleh kesenjangan ekonomi yang mencolok. Kondisi seperti itu dimanfaatkan oleh orang-orang Barat (baca: Inggris) untuk merongrong kewibawaan raja-raja Turki dengan menggunakan Mustafa Kemal Pasha untuk memberontak dan merebut kekuasaan.
Setelah Dinasti Utsmaniyah hancur dan diganti oleh Mustafa Kemal Pasha, Turki dirombak menjadi negara sekuler dan menjadikan sekuler sebagai undang-undang dasar. Dia juga mengolok-ngolok  Islam dan mengatakan bahwa Islam tidak layak menjadi sistem pemerintahan. Menurut anggapannya kehancuran Turki disebabkan oleh pemerintahan  ala Islam.
Disaat kondisi Turki melemah, maka pemerintah inggris memanfaatkan Syarif Husein di Hijaz untuk memberontak terhadap Turki. Rupanya pemberontakan ini berhasil. Pada saatnya tibalah kepemimpinan Turki jatuh dan dipegang oleh seseorang Syarif yaitu Syarif Husein. Ketika Syarif husein memimpin beliau banyak didukung oleh rakyat dan mempunyai kewibawaan, beliau menyebarkan pengaruhnya dengan menempatkan putra-putranya di berbagai tempat, sehingga dengan kesyarifannya, rakyat sangat menaruh hormat dan muncullah dinasti baru, yaitu dinasti Husein.
Kepemimpinan Syarif dengan fenomena yang terjadi, oleh Inggris dianggap berbahaya. Untuk itu, Inggris memanfaatkan Nejd untuk menggulingkan Syarif Husein dengan bekerjasama dengan Abdul Aziz dan Muhammad bin Abdul wahhab. Dengan menciptakan isu-isu keagamaan murahan yang bertendensi politik sebagai legitimasi tentara musuh  untuk membantai penduduk Hijaz. Diantara isu-isu keagamaan itu  adalah disebarkannya  paham bahwa orang-orang Hijaz telah musyrik karena mereka melakukan tawassul, memperingati maulid, membaca Al-Barzanji dan lain sebagainnya. Isu-isu keagamaan itu dimunculkan juga untuk memalingkan penduduk Hijaz dari mahabbah (kecintaan) terhadap Ahlul Bait. Karena raja yang akan digulingkan yaitu Syarif Husein adalah seorang Syarif (keturunan Nabi). Dari  sinilah awal  kemunculannya paham Wahabiyah .
Pada periode awal, Wahabi dengan didukung pemerintah sangat kejam. Pernah suatu ketika KH. Faqih Maskumambang saat beliau mukim di Saudi melihat orang yang sedang memegang tasbih di Masjidil Haram langsung ditangkap oleh orang Wahabi dan kukunya dicopot. Hanya gara-gara membawa tasbih yang dianggapnya bid'ah. Apalagi membaca maulid. Karena KH. Faqih Maskumambang sangat benci kepada Wahabi, karena kezaliman mereka terhadap Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Banyak tokoh Ahlussunnah yang dibantai di Mekkah. Ada salah satu murid dari Syeikh Said Yamani di Thaif juga dibantai. Syekh Said Yamani punya santri dari Jawa (Indonesia) yang beliau suruh untuk menunggu perpustakaan beliau. Santri ini oleh tentara Wahabi disuruh turun dengan jaminan keamanan. Tetapi ketika si santri turun, ia langsung dibantai oleh tentara tersebut seraya berkata: “Tidak ada jaminan keamanan bagi orang Musyrik.” Masya Allah kejam sekali mereka.
Nampaknya, sekarang keluarga Alu Saudi (Abdul Aziz bin Su'ud, pendiri kerajaan Arab Saudi) sudah mulai tidak terikat dengan Alu Syeikh (Muhammad bin Abdul Wahab) dan sudah mulai memberi peluang terhadap paham lain. Terbukti ketika suatu waktu penulis pergi umroh, pernah melihat di masjid Nabawi ada orang Syiah dengan memakai pakain ala Saudi, dan shalat  dengan cara Syiah. Setelah penulis dekati dan bedialog dengannya ternyata memang benar ia asli orang Saudi, dengan logat Saudi. Dia mengaku dari Ahsa’. Dulu di sana memang banyak orang Syiah cuma mereka tidak berani menampakkan kesyiahannya. Sekarang mereka sudah berani terang-terangan menunjukkan bahwa mereka Syiah, apalagi yang Ahlussunnah, mereka lebih diberi kebebasan oleh Kerajaan. Ada kesan seperti itu. Sampai-sampai  ketika Syekh Muhammad Alawi al-Maliki meninggal dunia Raja juga ikut ta’ziyah..
Bagi Masyayikh (Keluarga Syekh Muhammad bin Abdul Wahab), hal ini sangat memukul mereka. Sehingga mereka seperti kebakaran jenggot. Maka dari itu mereka sangat gencar menyebarkan paham mereka, terutama di luar Saudi, termasuk Indonesia. Kelompok-kelompok yang gencar membawa misi ajaran Wahabi didanai, seperti Kelompok yang menamakan dirinya Salafi. Mereka ini sangat ngawur. Suka mencaci maki orang Islam. Dimana kita sibuk mengislamkan orang yang belum Islam, sementara mereka senang mengkafirkan orang yang sudah Islam.

Sumber : Edisi Pertama Buletin Milenia Aswaja, diterbitkan oleh Lajnah Ta'lif Wan Nasyr PCNU Kencong. Naskah asli berupa wawancara dengan KH. A. Sadid Jauhari, Pengasuh PP. Assunniyyah Kencong Jember, yang pada saat wawancara menjabat sebagai Wakil Katib Syuriyah PBNU.

BIDDAT ALERT!

BIDDAT ALERT!


- These very people (wahabis) will call you a heretic if you leap out of excitement for the prophet (Sallallaho Alayhi Wasallam ), but have no problem dancing alongside a tyrant


None of the Wahabi Scholars such as Albani, bin baz abdul aziz etc issue shirk/bidda fatwa against theyre own , but when the sufis dance out of love for Prophet Mohammad Sallallaho Alayhi Wasallam then its bidda/shirk automatically , though dancing out of love were practiced in front of Prophet Sallallaho Alayhi Wasallam and is allowed:

Abdullah bin Saba', Pendiri Syiah

Abdullah bin Saba', Pendiri Syiah

Abdullah bin Saba bahasa Arab: عبد الله بن سبأ (ca. 600 M), juga dikenal dengan nama Ibnu Saudah merupakan seorang Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap khalifah waktu itu, serta kemudian diriwayatkan oleh sebagian sejarawan muslim sebagai pendiri Syi'ah. 
Pandangan Syi'ah
Tuduhan bahwa madzhab syiah adalah ajaran si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba' telah lama diketengahkan kepada masyarakat Islam dan sudah menjadi keyakinan masyarakat bahwa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah bin Saba' yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.
Seorang tokoh syiah Murtadha Askari telah mengatakan bahwa cerita Abdullah bin Saba' yang terdapat dalam versi sunni bersumber dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka ini sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba' dari satu sumber yaitu Sayf ibn Umar dalam bukunya al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali (Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H).
Sayf adalah seorang perawi yang tidak dapat diipercaya dan dilemahkan oleh kebanyakan ahli hadits seperti Yahya ibn Mu'in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).
Abdullah bin Saba', adalah seorang Yahudi yang memeluk Islam pada zaman Utsman, seorang pengikut Ali yang setia. Dia mengembara dari satu tempat ke satu tempat untuk menghasut masyarakat supaya memberontak menentang khalifah Uthman. Sayf adalah pengasas ajaran Sabaiyyahl.
Menurut Askari watak Abdullah bin Saba' adalah hasil rekaan Sayf yang juga telah mencipta beberapa karakter, tempat, dan kota khayalan. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah bin Saba' tersebut seperti Said ibn Abdullah ibn Abi Khalaf al-Ashari al-Qummi (w301H/913M) dalam bukunya al-Maqalat al-Firaq, al-Hasan ibn Musa al-Nawbakhti (w310H/922M) dalam bukunya Firaq al-Shiah, dan Ali ibn Ismail al-Ashari (w324H/935M) dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin. Allamah al-Askari mengesan cerita Abdullah ibn Saba' dari riwayat syiah dari Rijal oleh al-Kashshi. Al-Kashshi telah meriwayatkan dari sumber Sa'd ibn Abdullah al-Ashari al-Qummi yang menyebut bahawa Abdullah ibn Saba' mempercayai kesucian Ali sehingga menganggapnya sebagai nabi. Mengikut dua riwayat ini, Ali AS memerintahkannya menyingkirkan fahaman tersebut, dan disebabkan keengganannya itu Abdullah ibn Saba telah dihukum bakar hidup-hidup (walau bagaimanapun menurut Sa'd ibn Abdullah Ali telah menghalau Ibn Saba' ke Madain dan di sana dia menetap sehingga Ali AS menemui kesyahidannya. Pada ketika ini Abdullah ibn Saba' mengatakan Ali AS tidak wafat sebaliknya akan kembali semula ke dunia). Al-Kashshi, selepas meriwayatkan lima riwayat yang berkaitan dengan Abdullah ibn Saba' menyatakan bahawa tokoh ini didakwa oleh golongan Sunni sebagai orang yang pertama yang mengisytiharkan Imamah Ali AS. Allamah Askari menyatakan bahawa hukuman bakar hidup-hidup adalah satu perkara bida'ah yang bertentangan dengan hukum Islam sama ada dari madzhab Syi'ah atau Sunnah. Kisah tersebut pula tidak pernah disebut oleh tokoh-tokoh sejarah yang masyhur seperti Ibn al-Khayyat, al-Yakubi, al-Tabari, al-Masudi, Ibn Al-Athir, ibn Kathir atau Ibn Khaldun. Peranan yang dimainkan oleh Abdullah ibn Sabak' sebelum berlakunya peristiwa pembunuhan Uthman atau pada zaman pemerintahan Imam Ali AS telah tidak disebut oleh penulis-penulis yang terawal seperti Ibn Sa'd (w230H/844M0, al-Baladhuri (w279H/892M) atau al-Yaqubi. Hanya al-Baladhuri yang sekali sehaja menyebut namanya dalam buku Ansab al-Ashraf ketika meriwayatkan peristiwa pada zaman Imam Ali AS berkata: " Hujr ibn Adi al-Kindi, Amr ibn al-Hamiq al-Khuzai, Hibah ibn Juwayn al-Bajli al-Arani, dan Abdullah ibn Wahab al-Hamdani - ibn Saba' datang kepada Imam Ali AS dan bertanya kepada Ali AS tentang Abu Bakr dan Umar..." Ibn Qutaybah (w276H/889M) dalam bukunya al-Imamah wal-Siyasah dan al-Thaqafi (w284H/897M) dalam al-Gharat telah menyatakan peristiwa tersebut. Ibn Qutaybah memberikan identiti orang ini sebagai Abdullah ibn Saba'. Sa'd ibn Abdullah al-Ashari dalam bukunya al-Maqalat wal-Firaq menyebutkan namanya sebagai Abdullah ibn Saba' pengasas ajaran Saba'iyyah - sebagai Abdullah ibn Wahb al-Rasibi. Ibn Malukah (w474H/1082M) dalam bukunya Al-Ikmal dan al-Dhahabi (w748H/1347M) dalam bukunya al-Mushtabah ketika menerangkan perkataan 'Sabaiyyah ', menyebut Abdullah ibn Wahb al-Saba'i, sebagai pemimpin Khawarij. Ibn Hajar (w852H/1448M) dalam Tansir al-Mutanabbih menerangkan bahawa Saba'iyyah sebagai ' satu kumpulan Khawarij yang diketuai oleh Abdullah ibn Wahb al-Saba'i'. Al-Maqrizi (w848H/1444M) dalam bukunya al-Khitat menamakan tokoh khayalan Abdullah ibn Saba' ini sebagai 'Abdullah ibn Wahb ibn Saba', juga dikenali sebagai Ibn al-Sawda' al-Saba'i.'
Allamah Askari mengemukakan rasa kehairannya bahawa tidak seorang pun daripada para penulis tokoh Abdullah ibn Saba' ini menyertakan nasabnya - satu perkara yang agak ganjil bagi seorang Arab yang pada zamannya memainkan peranan yang penting. Penulis sejarah Arab tidak pernah gagal menyebutkan nasab bagi kabilah-kabilah Arab yang terkemuka pada zaman awal Islam tetapi dalam kisah Abdullah ibn Saba' , yang dikatakan berasal dari San'a Yaman, tidak dinyatakan kabilahnya. Allamah Askari yakin bahawa Ibn Saba' dan golongan Sabai'yyah adalah satu cerita khayalan dari Sayf ibn Umar yang ternyata turut menulis cerita-cerita khayalan lain dalam bukunya. Walau bagaimanapun, nama Abdullah ibn Wahb ibn Rasib ibn Malik ibn Midan ibn Malik ibn Nasr al-Azd ibn Ghawth ibn Nubatah in Malik ibn Zayd ibn Kahlan ibn Saba', seorang Rasibi, Azdi dan Saba'i adalah pemimpin Khawarij yang terbunuh dalam Peperangan Nahrawan ketika menentang Imam Ali AS.
Nampaknya kisah tokoh Khawarij ini telah diambil oleh penulis kisah khayalan itu untuk melukiskan watak khayalan yang menjadi orang pertama mengiystiharkan Imamah Ali AS. Watak ini tiba-tiba muncul untuk memimpin pemberontakan terhadap khalifah Uthman, menjadi dalang mencetuskan Perang Jamal, mengisytiharkan kesucian Ali AS, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Ali AS atau dihalau oleh Ali AS dan tinggal dalam buangan seterusnya selepas kewafatan Imam Ali AS, mengisytiharkan kesucian Ali AS dan Ali akan hidup kembali dan orang yang pertama bercakap dengan lantang tentang musuh-musuh Ali AS.
Menurut Allamah Askari, perkataan Saba'iyyah adalah berasal-usul sebagai satu istilah umum untuk kabilah dari bahagian selatan Semenanjung Tanah Arab iaitu Bani Qahtan dari Yaman. Kemudian disebabkan banyak daripada pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Talib AS berasal dari Yaman seperti Ammar ibn Yasir, Malik al-Ashtar, Kumayl ibn Ziyad, Hujr ibn Adi, Adi ibn Hatim, Qays ibn Sa'd ibn Ubadah, Khuzaymah ibn Thabit, Sahl ibn Hunayf, Utsman ibn Hunayf, Amr ibn Hamiq, Sulayman ibn Surad, Abdullah Badil, maka istilah tersebut ditujukan kepada para penyokong Ali AS ini. justeru, Ziyad ibn Abihi pada suatu ketika mendakwa Hujr dan teman-temannya sebagai 'Saba'iyyah.' Dengan bertukarnya maksud istilah, maka istilah itu juga turut ditujukan kepada Mukhtar dan penyokong-penyokongnya yang juga terdiri daripada puak-puak yang berasal dari Yaman. Selepas kejatuhan Bani Umayyah. istilah Saba'iyyah telah disebut dalam ucapan Abu al-Abbas Al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyyah, ditujukan kepada golongan Syi'ah yang mempersoalkan hak Bani Abbas sebagai khalifah.
Walau bagaimanapun Ziyad maupun Al-Saffah tidak mengaitkan Saba'iyyah sebagai golongan yang sesat. Malahan Ziyad gagal mendakwa bahwa Hujr bin Adi dan teman-temannya sebagai golongan sesat. Istilah Saba'iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba'. 

Pandangan Sunni
Para ‘ulama terdahulu, baik dari kalangan ahli hadits, ahli sejarah, ataupun yang lainnya telah sepakat akan keberadaan tokoh besar syi’ah sekaligus pendirinya yang bernama Abdullah bin Saba’, tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian syi’ah rafidhah.
Abdullah bin Saba’ yang juga dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari negeri Yaman, tepatnya dari daerah Shan’a (Ibu kota Yaman). Ia berpura-pura masuk islam pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan untuk menghancurkan islam dari dalam.
Berbagai macam fitnah ia timbulkan. Ia terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan, juga terlibat mengobarkan fitnah pada perang Jamal antara Ali dan ‘Aisyah, dan perang Shiffin antara Ali dan Mu’awiyyah radhiallahu ‘anhum. Kemudian pada pemerintahan ‘Ali ia kembali membuat ulah dengan memunculkan satu fitnah besar yaitu mengajak manusia untuk meyakini Khalifah Ali sebagai Tuhan. Dengan sebab ulahnya itulah para Saba’iyyah ketika itu harus rela dibakar oleh seorang yang mereka anggap sebagai Tuhan.[1]
Abdullah bin Saba’ atau yang juga disebut dengan Ibnu Sauda’ bukanlah tokoh fiktif sebagaimana sangkaan sebagian orang-orang syi’ah sekarang. Diantara alasan mereka yang tidak mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’ adalah, kata mereka, riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang hakekat Abdullah bin Saba’ adalah lemah karena melewati jalur seorang perawi bernama Saif bin Umar At-Tamimi, ia telah dilemahkan oleh beberapa pakar hadits Ahlus Sunnah terkemuka.
Alasan mereka yang sangat lemah ini dapat kita jawab dari beberapa sisi:
Pertama: pernyataan mereka bahwa para ulama pakar hadits telah melemahkan Saif bin ‘Umar At-Tamimi adalah benar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa yang mereka lemahkan adalah periwayatan haditsnya (maksudnya jika ia meriwayatkan hadits maka haditsnya lemah) adapun dalam masalah sejarah maka beliau dapat dijadikan sandaran dan rujukan, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar (beliau termasuk ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib 1/408 dan Taqribut Tahdzib 1/408 :
Saif bin Umar At-Tamimi pengarang kitab Ar-Riddah, ada yang mengatakan dia Adh-Dhabi ada yang mengatakan selainnya, Al-Kufi Dha’if haditsnya, (akan tetapi) Umdah (bisa dijadikan sandaran) dalam bidang tarikh/sejarah.”
Imam Adz-Dzahabi (juga ‘ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) berkata dalam kitabnya Mizanul I’tidal 2/ 255, “Ia adalah pakar sejarah yang paham.”
Demikian pula Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi 10/249 menyebutkan seperti ucapan Ibnu Hajar diatas.
Umar Kahalah dalam kitabnya Mu’jamul Muallifin 4/288 mengatakan, “Saif bin Umar At-Tamimi Al Burjumi, Ahli sejarah berasal dari Kufah.”
Maka jelaslah bahwa yang dilemahkan oleh para muhaditsin adalah riwayat haditsnya, adapun dalam permasalahan sejarah maka beliau termasuk ahlinya yang dapat dijadikan sandaran.
Kedua: perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan Abdullah bin Saba’ baik yang terdapat dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir, Tarikh Thabari, atau selain keduanya tidak hanya datang dari jalur Saif bin Umar At-Tamimi, akan tetapi juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang sebagiannya shahih. Diantaranya adalah:
1. Diriwayatkan dari jalur Abu Khaitsamah
Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammar ad-Duhani katanya, saya mendengar Abu Thufail berkata …..”
2. Diriwayatkan melalui jalur ‘Amr bin Marzuk
Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zain bin Wahb ia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhu berkata, ‘ada apa denganku dan dengan orang jahat yang hitam ini (maksudnya Abdullah bin Saba’) ia telah mencela Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhu.”
3. Diriwayatkan pula melalui jalur Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyas dari Mujalid dari Sya’bi ia berkata, “Pertama kali yang berdusta adalah Abdullah bin Saba’.”
4. Ibnu Ya’la Al-Mushili
Berkata dalam kitab Musnadnya, “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Al-Asadi ia berkata, telah menceritakan kepada kami Harun bin Shalih dari Harits bin Abdurrahman dari Abul Jallas katanya, ‘aku mendengar Ali berkata kepada Abdullah bin Saba’, ‘….”
5. Berkata Abu Ishaq al-Fazzari
Dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’ dari Zaid bin Wahb …………. (lihat semuanya di Lisanul Mizan 2/40)
Ketiga: juga terdapat dalam kitab rujukan Syi’ah baik itu kitab tentang firqah, hadits, atau rijal riwayat yang cukup banyak yang sama sekali tidak melewati jalur Saif bin Umar At-Tamimi. Sebagaimana yang akan kita jelaskan insya Allah
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Ahlus Sunnah
Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:
* Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
* Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
* Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
* Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
* Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
* Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)
Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.
* Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
* Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
* Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
* Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
* As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
* As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”
* Dan selain mereka banyak sekali.
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Syi’ah
* Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
* Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
* Dan selain keduanya.
Maka dari uraian diatas kita mengetahui bahwa Abdullah bin Saba’ bukanlah tokoh fiktif/khayalan/rekaan/dongeng. Ini telah menjadi kesepakatan para ‘ulama sejarah, hadits, dan pengarang kitab tentang firqah, thabaqat, Rijal, adab, dan Ansab. Maka kaum syi’ah tidak memiliki celah untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’.
Jadi pembahasan tentang Abdullah bin Saba’ tidak sebatas ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabari saja dan tidak hanya melalui jalur periwayatan Saif bin ‘Umar At-Tamimi, walaupun beliau adalah seorang yang dapat dijadikan sandaran dalam bidang sejarah sebagaimana yang kami jelaskan diatas.
Setelah ini semua, masihkah kita mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’ si Yahudi yang berpura-pura masuk islam?
Inilah yang dapat kami suguhkan pada kesempatan kali ini. Wallahu a’lam bish shawwab. [1] Lihat biografi Abdullah bin Saba’ selengkapnya di Tarikh Dimasyq 3/29, Tarikh Thabari, Al Kamil karya Ibnul Atsir, Al Ma’arif hal.622 karya Ibnu Qutaibah, Mizanul I’tidal 2/426, Al Milal wan Nihal hal.365 karya Asy-Syihristani, Al Wafi bil Wafayat 17/189.

Bukti-bukti Pengkhianatan Wahabi

Bukti-bukti Pengkhianatan Wahabi

Semua tahu siapa kelompok wahabi, atau kelompok yang baru-baru ini muncul, yaitu salafi, kelompok yang menisbatkan dirinya kepada salafuna ash-shalih. Mereka inilah yang bikin umat Islam resah, apalagi orang awam. Semuanya kok dianggap bid'ah, syirik, khurafat atau anggapan-anggapan lain yang sejenis.
Secara finansial, kelompok yang berasal dari Saudi Arabia ini tidak dapat diragukan lagi. Manajemennya bagus, organisasinya solid, dan mempunyai pengikut yang fanatik dan fundamental. Karena faktor inilah, gerakan wahabi dan salafi mudah menyeruak ke dalam sebuah komunitas Islam. Juga karena faktor ini, wahabi-salafi sangat mudah menyebarkan tipu daya mereka. Mereka tak segan-segan berkhianat kepada agama, demi untuk memperkuat ideologi mereka. Pengkhianatan wahabi-salafi yang fatal dan berakibat fatal adalah memasukkan ulama-ulama terdahulu kepada jajaran mereka, dengan menerbitkan karya tulis para ulama itu, yang sebelumnya mereka edit, agar sejalan dan tidak bertentangan dengan ideolgi mereka. Masya allah!.
Berikut ini adalah sebagian bukti-bukti itu.

1. Pemalsuan Kitan Tafsir as-Shawi alal Jalalain.
Hasyiah as-Showi alal Jalalain dikarang oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad As-shawi al-Mishri. Kitab ini dipalsukan oleh Wahabi dengan membuang sebagian ibarat yang berkenaan dengan mereka lalu dicetak ulang. Lihatlah gambar berikut ini :


Lihat tanda panah dan tulisan berwarna merah! Naskah ini sengaja dibuang karena menyudutkan kelompok wahabi. Dengan demikian, pembaca akan menyangka bahwa Al-Allamah ash-shawi tidak menentang kaum Wahabi.
Yang benar semestinya seperi gambar berikut :


2. Wahabi Membuang dan Merubah sebagian Ibarat Kitab "al-adzkar an-Nawawiyah"
Kitab ini dikarangan oleh Imam An-Nawawi. Lihat ibarat pada gambar berikut :


Gambar diatas adalah halaman dari kitab "Nashihah Li ikhwanina ulama' Najd". karya Yusuf bin Hasyim Ar-Rifa'i. Dalam halaman ini dijelaskan bahwa terjadi perubahan pada judul fashl. Judul asal adalah "Fashlun fi ziarati qabrir rasul shallallahu alaihi wa sallam" diganti "Fashl fi ziyarati masjid rasulillah shallallahu alaihi wa sallam. Di Fashl ini, banyak pula baris-baris ibarat yang mereka buang. Kisah "Al-Utba" yang disebutkan An-Nawawi secara sempurna juga dibuang.

3. Dua Bait Diwan Asy-Syafi'i dihilangkan
Lihat gambar berikut :

 

Gambar ini hasil scan dari kitab Diwan As-Syafi'i, hal 48 cetakan Darul Kutub al-Ilmiyah tahun 1986. Sekarang coba klik alamat ini : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=17&book=16
Apa yang terjadi?. Kedua bait itu tidak ada!

Ini hanya sebagian bukti penghianatan mereka terhadap ilmu, ulama dan agama Islam. Mungkin suatu saat Hadits pun mereka palsukan, atau al-Qur'an pun mereka rubah. Wallahu a'lam.

اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا وارزقنا اتباعه ولا تجعله متشايها فنتبع الهوى
اللهم لا تجعلنا من الذين ضل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون صنعا
وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ، وارزقنا كمال المتابعة له ظاهرا وباطنا ، آمين يا رب العالمين والحمد لله رب العالمين

Sumber : http://gemaums.multiply.com/journal/item/102

Mutakhorijin Assunniyyah: Bukti-bukti Pengkhianatan Wahabi

Mutakhorijin Assunniyyah: Bukti-bukti Pengkhianatan Wahabi: "Semua tahu siapa kelompok wahabi, atau kelompok yang baru-baru ini muncul, yaitu salafi, kelompok yang menisbatkan dirinya kepada salafuna a..."